Sabtu, 09 Agustus 2008

lucu

1. Gue Sudah Tau Semuanya
Ita baru saja masuk SMU, masa-masa pubernya bikin dia centil dan suka ngerjain orang. Kali ini dia dapet bahan baru untuk mengerjai teman-temannya. Hari pertama, dia nelepon temannya:
"Rin, gue udah tau semuanya!," kata memulainya.
"Hah..," suara disana terdengar keget dan lemas.
"Ta, elu jangan bilang Indri kalo gue jalan sama cowoknya ya Ta. Gue ada voucher makan di HokBen, elu jangan bilang-bilang yah. Sori gue cuma bisa ngasih itu doang."
"Okelah, gue sih terima aja, lu kan temen gue," ungkap Ita senang.
Begitu telepon ditutup, Ita langsung teriak girang. "Wah oke juga nih, gue dapet voucher
HokBen!!, Coba gue praktekin lagi."
Kali ini Ita masuk kamar kakaknya, Dewa dan langsung bicara pelan di dekat kupingnya yang lagi tiduran. "Kak, gue sudah tau semuanya. Ternyata gitu ya Kak," ungkap Ita lagi, Sambil mengambil kunci Dewa berbisik pada Ita.
"Ta, lu boleh pake mobil sebulan penuh plus gue kasih bensinnya. Tapi jangan bilang Papi kalo gue ngak kuliah yah!!!," pinta kak Ita.
"Beres," jawab Ita girang karena mendapat fasilitas dari Kakaknya.
Ita benar-benar girang, kali ini dia mencegat Papinya yang baru pulang kerja, "Pah...Pah, Ita mau ngomong."
"Ada apa sih Ta?!! Papa capek nih," jawab Papa Ita malas menanggapi.
"Ita sudah tau semuanya Pah...," mendadak Papanya celingukan, sambil mengeluarkan HP dan menelepon seseorang, "Ta, Credit Card kamu sudah Papa aktifkan lagi. Tapi!!! Jangan pernah bilang Mama soal si Ijah."
Ita girang campur sebel. Ternyata Papanya menduakan Mamanya cuma demi pembantunya si Ijah. Ita langsung berlari tanpa sepatah katapun
Diluar, Ita bertemu Pak Udi, sopirnya yang sudah belasan tahun bekerja dirumahnya. Ita mulai usil lagi. Dia kesal juga, pasti dia tau soal si Ijah, tapi bungkam selama ini, gue kerjain juga nih, pikirnya. "Pak !!!," teriak Ita membuat kaget sopirnya. "Saya sudah tau semuanya."
Pak Udi terbengong, dan perlahan meneteskan airmata. Ita malah bingung, "Ita !!! Peluklah Bapakmu ini Sayang. Akhirnya kau tahu juga Nak!"

2. Anak Yang Baik
Darsono, Wardi, Sugeng dan Jono janjian mengadakan reuni di Restoran yang ada tempat Karaokenya. Sambil makan, mereka berempat ber-bincang2 sambil bernostalgia.
Setelah makan Darsono pamit meninggalkan teman2nya sebentar untuk nyanyi karaoke, "Minta lagu apa Rek? Dangdut?"
Sambil mendengarkan Darsono nyanyi, teman2nya melanjutkan obrolan mereka. "Bagaimana anak anakmu Geng?" tanya Wardi ke Sugeng.
Sugeng bercerita: "Oo, baik2 saja, anak saya kan dua. Yang cewek ikut suaminya jadi Kapolres di Medan. Sedangkan yang cowok sudah jadi boss, pabriknya dua, pabrik sepatu dan pabrik mie. Tapi ya gitu..., saya yang jadi bapaknya saja ndak pernah dibelikan motor sama sekali, eeeh... pas kemarin pacarnya ulang tahun dibelikan BMW
318i gress."
"Lha kalau anakmu War?" Wardi pun bercerita, "Anakku dua kerja di Amerika, yang bonthot sekarang sudah jadi direktur developer rumah. Tapi agak gendeng juga anak
saya yang bonthot ini. Rumah bapaknya sudah doyong dibiarkan aja, tapi waktu kemarin pacarnya ulang tahun di belikan rumah baru."
"Kalau kabar anakmu bagaimana Jon?" Sekarang Jono yang cerita, "Anak saya empat, cowok satu, cewek tiga. Sekarang sudah pada mandiri. Yang paling sukses ya anakku yang cowok. Sekarang jadi pialang saham. Cuman ya agak nggak bener juga. Lha... saya ini nggak pernah di kasih uang sama sekali, tapi kemarin waktu pacarnya ulang tahun di kasih deposito 100 juta."
Setelah Jono cerita, Darsono selesai karaoke, "Nyritain apa sih Rek?"."Ini lho Dar, pada nyritain anaknya, gimana anakmuDar?" tanya Jono.
Setelah nyalain rokok, Darsono mulai cerita: "Anakku cuma satu, tapi payah. Aku ingin dia jadi ABRI, eeeh malah jadi bencong. Sudah lima tahun dia buka salon, dari dulu sampek sekarang ya teteeep aja nyalon. Tapi meskipun bencong dia tetep anak ku. Apalagi dasarnya anaknya itu baik, pergaulannya luas dan sayang sama bapaknya.
Setiap dapat rejeki saya pasti diberi. Kemarin pas dia ulang tahun, ada temannya yang ngado BMW 318i gress, rumah baru, dan deposito 100 juta. Dia bilang semua itu buat bapak saja, dia tetep seneng buka salon saja, katanya.

3. Dasar Slamet...
Slamet masuk ke toko obat dan membeli sebiji kondom. Dengan riang dia bilang kepada pemilik toko bahwa sebentar lagi dia akan makan malam di rumah pacarnya. "Bapak kan tahu sendiri, biasanya setelah itu kan ada kelanjutannya" , tambah slamet sambil menyeringai. Kondom pun berpindah tangan.
Baru beberapa langkah ke luar toko, dia kembali masuk. "Saya minta satu lagi", katanya. "Adik pacar saya juga cantik. Agak genit pula. Saya rasa dia juga naksir saya. Siapa tahu malam ini saya mujur...". Kondom kedua berpindah tangan.
Slamet kembali masuk dan minta tambahan satu kondom lagi. "Begini, ibunya juga tak kalah seksi. Penampilannya jauh lebih muda dari usianya. Dan kalau duduk di depan saya, dia selalu menyilangkan kaki. Saya yakin dia juga tak keberatan kalau saya dekati...".
Dengan berbekal tiga kondom, Slamet datang ke rumah pacarnya sambil tak putus bersiul. Sajian sudah siap. Pacar Slamet, adik dan ibunya sudah menunggu. Slamet pun langsung bergabung. Mereka menunggu sang ayah.
Begitu sang ayah masuk ke ruang makan, Slamet langsung memimpin doa sambil menunduk dalam-dalam. Yang lain-lain ikut menundukkan kepala.
Satu menit berlalu. Slamet makin khusuk berdoa. Dua menit. Slamet terus komat-kamit -- cukup panjang untuk sebuah doa sebelum makan.
Pada menit keempat, pacarnya menyenggol kakinya dan berbisik, "Saya baru tahu kamu ternyata sangat religius".
Sambil terus menunduk, Slamet menjawab dengan suara hampir menangis:
"Saya juga baru tahu ayah kamu yang punya toko obat...."

Tidak ada komentar:

Finetune Radio

Powered By Blogger